MURATARA - Di balik senyum cerah dan semangat yang tak pernah pudar, tersimpan kisah pilu dari para guru dan siswa di Desa Air Bening, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara). 24/08/25.
Selama bertahun-tahun, mereka harus berjuang menimba ilmu di bawah bayang-bayang keterbatasan, menanti janji akan gedung sekolah yang layak.
Sejak didirikan pada 2017, SMA Negeri Bingin Teluk Lokal Jauh Air Bening tak pernah memiliki bangunan sendiri. Seperti pengembara yang mencari tempat singgah, mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari rumah warga hingga gedung serbaguna, bahkan kini menumpang di bangunan SDN yang serba terbatas.
Setiap hari, para guru dan siswa harus beradaptasi dengan kondisi yang jauh dari kata ideal.
Trisnawati, salah seorang guru yang telah mengabdi sejak 2019, bercerita dengan nada sedih. "Kami tetap semangat mengajar, meski dalam kondisi seadanya," ungkapnya.
Suaranya bergetar menahan haru saat mengingat perjuangan mereka. Di tengah kondisi ini, proses belajar mengajar sering kali tidak optimal. Mereka harus mengesampingkan kenyamanan dan sarana yang memadai demi satu tujuan: memastikan anak-anak desa tetap bisa bersekolah.
Harapan itu sempat membumbung tinggi ketika Gubernur Sumatera Selatan, H. Herman Deru, datang berkunjung. Ia menjanjikan pembangunan gedung sekolah pada tahun depan, bahkan dengan status sekolah yang belum definitif. Sebuah janji yang disambut dengan sukacita dan tangis haru oleh masyarakat.
Namun, di balik kabar gembira itu, tersisa jejak kesedihan. Perjuangan panjang dan ketidakpastian yang sudah berlalu tak bisa dihapus begitu saja.
Pertanyaannya, mengapa butuh waktu bertahun-tahun bagi pemerintah untuk mendengar dan melihat kondisi pilu ini?
Selama ini, para guru dan siswa di Desa Air Bening telah menunjukkan ketangguhan yang luar biasa. Mereka membuktikan bahwa semangat takkan pernah luntur oleh keterbatasan.
Namun, di hati kecil mereka, terselip harapan sederhana: sebuah tempat layak yang bisa mereka sebut sebagai sekolah, bukan lagi sekadar tempat menumpang.
Mereka berharap, janji yang terucap bukan sekadar angin lalu, melainkan sebuah kenyataan yang akan mengakhiri penderitaan panjang ini."(Lika)





