-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Skandal Bedah Rumah: Warga Terlunta-lunta, Toko Bangunan Tercekik Hutang

Selasa, 02 September 2025 | September 02, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-02T16:33:52Z


REJANG LEBONG – Janji surga program bedah rumah di Kabupaten Rejang Lebong kini menjelma menjadi mimpi buruk. Puluhan keluarga di Kecamatan Padang Ulak Tanding hidup dalam kehancuran, sementara pemilik toko bangunan menjerit tercekik hutang. Program yang seharusnya mengangkat harkat warga miskin, justru menjadi prahara yang tak berkesudahan.

Rumah-rumah yang dulu menjadi saksi tawa kini tak lebih dari puing. Atap menganga, dinding yang setengah jadi, dan lantai tanah yang dingin kini menjadi pemandangan sehari-hari. Program yang digadang-gadang sebagai penyelamat, nyatanya meninggalkan luka menganga dan kepedihan yang mendalam.

"Kami membayangkan rumah yang layak, tempat kami bisa berteduh. Sekarang, yang ada hanya onggokan bangunan tak selesai dan hati yang hancur," tutur seorang ibu yang rumahnya tak rampung.


Warga yang awalnya menaruh harapan besar kini harus menerima kenyataan pahit. Banyak dari mereka terpaksa menumpang di rumah kerabat atau bahkan mengungsi di kebun, meninggalkan sisa-sisa impian yang hancur berantakan.

Kepedihan warga semakin lengkap dengan ancaman dari pemilik toko bangunan yang menuntut pembayaran. Bahan material yang sudah terpasang terancam dicabut, menambah beban penderitaan mereka yang sudah hidup pas-pasan.

Hengki Saputra, pemilik toko Farel Bangunan, kini harus menanggung beban hutang yang tak seharusnya ia pikul. Tokonya yang memenangkan lelang untuk mendistribusikan material program bedah rumah kini berhadapan dengan tembok kebisuan pemerintah.

"Sudah bertahun-tahun kami menunggu pembayaran. Rasanya seperti pungguk merindukan bulan. Pemerintah tak kunjung membayar," kata Hengki dengan suara bergetar.

Ia menceritakan, material sudah dikirimkan sesuai perintah konsultan proyek. Namun, di tengah jalan, proyek mendadak dihentikan oleh pemerintah daerah. Hingga kini, tak sepeser pun uang pembayaran ia terima.

"Barang-barang ini bukan cuma punya saya, tapi juga punya para pemasok. Setiap minggu saya ditagih, menahan malu dan sedih," keluhnya.

Ironisnya, saat warga dan pengusaha menjerit, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rejang Lebong seolah tutup mata dan telinga. Kepala Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) disebut saling lempar tanggung jawab.

Menurut Hengki, ia sudah berulang kali berkoordinasi, namun pejabat yang bersangkutan kini sudah pindah tugas dan seolah lepas tangan. 

"Mereka bilang itu urusan yang lama, padahal utangnya belum dilunasi," ujar Hengki dengan nada putus asa.

Meskipun demikian, Hengki masih berpegang pada hasil inspeksi lapangan yang menyatakan bahwa proyek itu memang benar-benar dibangun. Namun, harapan itu kini tergantung di ujung tanduk, menunggu itikad baik dari pemerintah yang seolah tak peduli.

Kisah program bedah rumah ini menjadi catatan kelam, yang membuktikan bagaimana program pemerintah bisa berubah menjadi penderitaan bagi rakyatnya sendiri. 

Hingga kapan warga dan pengusaha harus menanggung akibat dari kelalaian ini?

×
Berita Terbaru Update