-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tangis Bocah dan Uang Receh: Kisah Pilu Ayah Mencuri Rp11 Ribu ,untuk pulang dari makam istrinya

Sabtu, 27 September 2025 | September 27, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-27T13:35:33Z

MUSI RAWAS—Keadilan tidak selalu berseragam hukum. Kadang, ia berwujud belas kasih dan uluran tangan. Hal inilah yang terjadi dalam sebuah insiden pilu di Musi Rawi pada Jumat, 12 September 2025, yang melibatkan seorang ayah bernama RH (30) dan putranya yang masih kecil.

Wajah RH tertunduk lesu hari itu, Jumat petang. Di sisinya, sang anak terus terisak, seolah ikut menanggung beban berat yang dipikul ayahnya. Mereka baru saja diamankan warga di Desa Tanah Priuk setelah kepergok mengambil uang receh dari laci sebuah warung. 

Jumlahnya tak seberapa, hanya Rp11.000. Angka yang kecil, namun cukup untuk menyulut amarah warga yang lelah dengan tindak kejahatan.
Namun, amarah itu perlahan mereda ketika cerita di balik nekatnya aksi RH mulai terkuak.

 Ini bukanlah kisah seorang penjahat kambuhan, melainkan cerita seorang ayah yang kehabisan cara untuk membawa pulang anaknya.

Menurut keterangan Kanit Pidum Polres Musi Rawas, IPDA Novra Robialda, pada Sabtu (27/9/2025), perjalanan RH dan putranya dimulai dari Kabupaten Lahat. Tujuan mulia mereka adalah menziarahi makam sang istri tercinta di Lubuklinggau. Sang istri meninggal dunia pada Maret lalu di kota tersebut. Setelah kepergiannya, RH membawa sang buah hati kembali ke kampung halaman mereka di Lahat.

"Pada Maret dulu, mereka masih tinggal di Lubuklinggau, tapi istrinya meninggal. Setelah itu, mereka pulang ke Lahat," jelas IPDA Novra.
Dengan ongkos seadanya, kerinduan membawa mereka kembali. Ziarah berjalan lancar, namun masalah besar menanti: uang mereka habis. Tak ada lagi bekal untuk menempuh perjalanan pulang ke Lahat.

Dalam kebingungannya, RH membawa anaknya berjalan kaki hingga tiba di sebuah warung di Desa Tanah Priuk. Niat awalnya adalah meminta sedekah, namun pemilik warung tak memberinya uang. Meski begitu, melihat bocah kecil yang kelelahan, hati pemilik warung luluh. Ia memberikan mereka makan dan minum, bahkan mempersilakan ayah dan anak itu beristirahat.

Kebaikan itu rupanya tak cukup untuk menenangkan pikiran RH yang kalut. Sekitar pukul 16.00 WIB, saat pemilik warung masuk sejenak ke rumahnya, sebuah keputusan nekat diambil RH. Ia membuka laci tempat uang receh disimpan.

Nahas, aksinya tepergok oleh pemilik warung yang kembali. "Maling!" teriaknya. Warga berdatangan dan mengepung RH yang hanya menggenggam uang tunai Rp11.000.

"RH ini sempat mau diamuk massa, dan kebetulan ada anggota yang mengamankan. Jadi karena menyangkut nyawa, RH dan anaknya kami bawa ke Polres," ungkap IPDA Novra.

Di kantor polisi, kisah ini menemukan titik baliknya. Pemilik warung, yang sebelumnya menjadi korban, menunjukkan belas kasih yang luar biasa. Setelah mendengar cerita lengkap dari RH tentang ziarah makam, ketiadaan ongkos, dan keputusasaan seorang ayah, hatinya kembali terenyuh. Rasa iba mengalahkan keinginannya untuk menuntut. Ia memutuskan untuk tidak membuat laporan resmi.

Kasus yang berpotensi menjadi catatan kriminal ini akhirnya ditutup dengan cara yang paling manusiawi, melalui jalur damai. "Kasus ini kami selesaikan secara kekeluargaan melalui restorative justice," kata Kanit Pidum.

Kisah ini tidak berhenti sampai mediasi selesai. RH dan anaknya masih terlantar di Polres Musi Rawas hingga malam hari, tanpa tujuan dan tanpa uang sepeser pun untuk pulang ke Lahat.

Melihat kondisi memprihatinkan ini, para anggota polisi yang bertugas malam itu tergerak. Mereka mengumpulkan uang dari kantong pribadi, lalu mencarikan travel untuk memastikan RH dan putranya bisa kembali dengan selamat ke pelukan keluarga mereka di Kabupaten Lahat.

Kisah di Musi Rawas ini menjadi pengingat bahwa di balik angka dan jerat hukum, ada kisah-kisah kemanusiaan yang lebih besar, di mana empati dan kebaikan hati mampu mengalahkan amarah dan tuntutan keadilan formal."(LKS)

×
Berita Terbaru Update